Sex Transformation, Pandangan Paulus Tentang Sex (1)

Marriage / 21 December 2011

Kalangan Sendiri

Sex Transformation, Pandangan Paulus Tentang Sex (1)

Puji Astuti Official Writer
9165

Bagi gereja atau orang Kristen secara umum, membicarakan sex secara terbuka bukanlah hal yang mudah. Sex telah menjadi tabu di dalam komunitas gereja, entah hal ini di mulai sejak kapan. Padahal, prinsip-prinsip iman seharusnya menjadi panduan utama dalam perjalanan kehidupan seseorang, termasuk masalah seksual, hubungan, cinta dan pernikahannya.

Yang menarik, di kitab Injil, Rasul Paulus bicara tentang masalah seksual dengan gamblang sekali. Sekalipun sejarah mencatat bahwa Paulus hidup selibat, namun ia sangat terampil ketika membicarakan masalah-masalah seksual dengan jemaat.

Menurut John R.W. Stott, sex adalah suatu topik pembicaraan yang tidak bisa dihindari oleh Rasul Paulus. Saat itu ia menulis surat untuk jemaat di Korintus dan Tesalonika, dua kota yang jaman itu dikenal karena imoralitasnya. Di jaman itu dikalangan masyarakat Romawi – Yunani umumnya menyembah dewi Aphrodite, dewi Yunani untuk seks dan keindahan dan untuk orang Romawi Dewi Venus. Masa itupun lazim dengan pelacur kuil, dimana pembenaran pelacuran mengatasnamakan agama.  Baik di Korintus maupun Tesalonika dimana hidup juga jemaat Tuhan, kehidupan seks yang tidak patut diekspos dimana-mana.

Bukankah cerita di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi masa kini dimana seks menjadi komoditas perdagangan dan diekspos dalam bentuk tayangan media baik cetak, online maupun televisi?

Nasihat yang Rasul Paulus berikan kepada jemaat Tesalonika kurang lebih 2000 tahun lalu masih berlaku untuk kita saat ini.

1. Hidup berkenan kepada Allah

Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup bekenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. ~ 1 Tesalonika 4:1

Kata “akhirnya” dalam surat tersebut bukan berarti bahwa Paulus akan menutup surat tersebut, namun lebih menekankan bahwa ia telah selesai meletakkan dasar untuk kata-kata teguran dan sekarang ia akan berurusan dengan mereka secara langsung.

Hal ini memperlihatkan bahwa apa yang Rasul Paulus tuliskan kepada jemaat di Tesalonika bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang pernah ia singgung sebelumnya.

Paulu kembali mengingatkan bahwa tujuan dari semua teguran yang ia berikan adalah agar mereka hidup berkenan kepada Allah, dan untuk mencapai tujuan tersebut tidak bisa cepat berpuas diri namun harus tekun menjalankannya. Untuk itu ia berkata, “tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.”

2. Kekudusan

Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan. (ayat 3)

Banyak orang masih sering bingung dan bertanya, “apa ya kehendak Tuhan untuk saya?” Padahal sebenarnya hal tersebut tertulis dengan jelas dalam Alkitab.

Bukan kehendak Allah bagi Anda untuk menikahi pasangan yang tidak seiman. Seks bebas dan seks sebelum pernikahan bukanlah kehendak Allah. Segala macam percabulan dan perzinahan juga pornografi bukanlah kehendak Allah. Kehendak Allah atas hidup Anda sangat jelas: hidup dalam kekudusan.

Tujuan dari kekudusan kita bukan semata-mata untuk kebahagiaan kita, namun untuk memuliakan Allah. Itulah tujuan hidup kita. Jadi untuk membedakan kehendak Allah atau bukan sebenarnya sangat sederhana, apakah hal itu memuliakan Allah atau bukan. Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk memuliakan Allah.” (1 Korintus 10:31). Hal yang sama juga berlaku dengan kehidupan seksual Anda.

Bersambung ke bag 2 (tanggal 28 Desember 2011)

Sumber : Berbagai Sumber|Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami